Jangan merasa takut dan malu
kepada orang yang hanya bisa membaca kitab tapi takutlah dan malulah karena
Allah kapada orang yang diam dan sabar yang tak banyak bicara untuk hal-hal
yang tak bermanfaat bagi dirinya juga bagi orang lain, sebab orang yang bisa
membaca kitab dengan fashih bahkan hafal Al-Qur’an dengan sampul-sampulnya
(talambes) namun belum tentu hatinya hafal dan mengerti dengan apa yang
dimiliki bahkan itu yang akan menjerumuskannya ke jalan yang sesat karena akan
ditemani oleh rasa angkuh dan sombong karena merasa dirinya pintar dan lebih
mengerti dibanding orang lain di sekitarnya, suka berdebat dan menjatuhkan
orang lain juga ditemani emosi dan amarah karena ditemani oleh syaitan durjana
(tidur saja sana) sebab dunia akan sempit dengan orang-orang seperi itu.
Padahal ilmu manusia hanyalah seujung kuku dan hanya setetes air di laut
sementara ilmu Allah tak dapat dituangkan meskipun air laut menjadi tintanya
dan kayu di darat menjadi penanya. Jadi untuk apa menyombongkan diri dengan
jago berdebat dan memutar kata-kata seperti katak dan kodok yang dibolak-balik
akan tetap menjadi katak dan kodok. Sudah katak kodok lagi jadi katak kodok
yang diam di balik batu. Mending memutar tasbih berdzikir kepada Allah Swt.
Orang yang sombong itu hanya sampai pada tahapan pertama yaitu dari tidak tahu
(tempe) menjadi tahu akan tetapi harus diamalkan apa yang sudah diketahui,
sebab jika tidak diamalkan akan menjadi sombong dan angkuh karena merasa
dirinya pintar dan suka berdebat akhirnya berubah menjadi tidak tahu (tempe).
Jika diamalkan maka akan berjaga-jaga dan berhati-hati (kaya hati) dan dijaga
oleh Allah Swt dengan pelantara Malaikatul Muqarrabin karena bershahabat
dengan apa yang dimiliki. Orang yang seperti ini akan merasa bahwa Allah Swt
selalu mengawasinya sehingga pantang untuk berpaling dari agama Allah Swt dan
akan terpaling dari jalan yang tidak benar maka dari itu dari tahu akan menjadi
telor (dekat dengan Allah Swt) dan akan merunduk seperti padi yang sudah terisi
beras. Ini adalah manusia sempurna di antara manusia yang tidak sempurna akan
tetapi tetap tidak akan menyombongkan diri sebab tahu jika ilmunya hanyalah
seujung kuku dan tahu bahwa ilmu Allah Swt itu luas dan tak tertandingi oleh
manusia sempurna. Bolehlah sombong jika di depan orang yang sombong dan tak
ternilai dengan dosa sebab ternilai dengan pahala. Nilailah diri sendiri
sebelum menilai orang lain agar ternilai dengan nilai yang tak ternilai dengan
harga yang masih ada nilainya. Adapun nilai yang baik adalah nilai yang tak ada
nilainya (ikhlash) dan kesuburan nilai adalah sabar menjalankan hidup dan
selalu diniatkan karena Allah Swt meski jiwa dan raga dikorbankan demi
mengharap ridha’ Allah Swt agar raga dan jiwa pun menjadi berkah. Ikhlashlah
laksana lilin yang akan habis untuk menerangi di sekitarnya meski takkan
kembali sempurna (hidup lagi). Begitulah seyogyanya keikhlasan meski ada dalam
surat Al-Ikhlash tapi hanyalah sebuah nama dan tak tersirat di dalamnya tentang
hal itu namun bisa tersirat dalam kehidupan di dunia dan adalah ikhlash yaitu
kekuatan yang terdahsyat di antara yang dahsyat ibarat kita bersedekah tangan
kanan memberi tangan kiri tidak tahu (ikhlash).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar