Jumat, 27 Februari 2015

Jangan Takut


Jangan merasa takut dan malu kepada orang yang hanya bisa membaca kitab tapi takutlah dan malulah karena Allah kapada orang yang diam dan sabar yang tak banyak bicara untuk hal-hal yang tak bermanfaat bagi dirinya juga bagi orang lain, sebab orang yang bisa membaca kitab dengan fashih bahkan hafal Al-Qur’an dengan sampul-sampulnya (talambes) namun belum tentu hatinya hafal dan mengerti dengan apa yang dimiliki bahkan itu yang akan menjerumuskannya ke jalan yang sesat karena akan ditemani oleh rasa angkuh dan sombong karena merasa dirinya pintar dan lebih mengerti dibanding orang lain di sekitarnya, suka berdebat dan menjatuhkan orang lain juga ditemani emosi dan amarah karena ditemani oleh syaitan durjana (tidur saja sana) sebab dunia akan sempit dengan orang-orang seperi itu. Padahal ilmu manusia hanyalah seujung kuku dan hanya setetes air di laut sementara ilmu Allah tak dapat dituangkan meskipun air laut menjadi tintanya dan kayu di darat menjadi penanya. Jadi untuk apa menyombongkan diri dengan jago berdebat dan memutar kata-kata seperti katak dan kodok yang dibolak-balik akan tetap menjadi katak dan kodok. Sudah katak kodok lagi jadi katak kodok yang diam di balik batu. Mending memutar tasbih berdzikir kepada Allah Swt. Orang yang sombong itu hanya sampai pada tahapan pertama yaitu dari tidak tahu (tempe) menjadi tahu akan tetapi harus diamalkan apa yang sudah diketahui, sebab jika tidak diamalkan akan menjadi sombong dan angkuh karena merasa dirinya pintar dan suka berdebat akhirnya berubah menjadi tidak tahu (tempe). Jika diamalkan maka akan berjaga-jaga dan berhati-hati (kaya hati) dan dijaga oleh Allah Swt dengan pelantara Malaikatul Muqarrabin karena bershahabat dengan apa yang dimiliki. Orang yang seperti ini akan merasa bahwa Allah Swt selalu mengawasinya sehingga pantang untuk berpaling dari agama Allah Swt dan akan terpaling dari jalan yang tidak benar maka dari itu dari tahu akan menjadi telor (dekat dengan Allah Swt) dan akan merunduk seperti padi yang sudah terisi beras. Ini adalah manusia sempurna di antara manusia yang tidak sempurna akan tetapi tetap tidak akan menyombongkan diri sebab tahu jika ilmunya hanyalah seujung kuku dan tahu bahwa ilmu Allah Swt itu luas dan tak tertandingi oleh manusia sempurna. Bolehlah sombong jika di depan orang yang sombong dan tak ternilai dengan dosa sebab ternilai dengan pahala. Nilailah diri sendiri sebelum menilai orang lain agar ternilai dengan nilai yang tak ternilai dengan harga yang masih ada nilainya. Adapun nilai yang baik adalah nilai yang tak ada nilainya (ikhlash) dan kesuburan nilai adalah sabar menjalankan hidup dan selalu diniatkan karena Allah Swt meski jiwa dan raga dikorbankan demi mengharap ridha’ Allah Swt agar raga dan jiwa pun menjadi berkah. Ikhlashlah laksana lilin yang akan habis untuk menerangi di sekitarnya meski takkan kembali sempurna (hidup lagi). Begitulah seyogyanya keikhlasan meski ada dalam surat Al-Ikhlash tapi hanyalah sebuah nama dan tak tersirat di dalamnya tentang hal itu namun bisa tersirat dalam kehidupan di dunia dan adalah ikhlash yaitu kekuatan yang terdahsyat di antara yang dahsyat ibarat kita bersedekah tangan kanan memberi tangan kiri tidak tahu (ikhlash).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar