Semakin banyak belajar maka akan semakin kita merasa bodoh karena kita akan
merasa jika ilmu kita hanyalah seujung kuku, jadi untuk apa sombong dengan apa
yang telah kita miliki karena tidak ada orang pintar di dunia ini jika sok
pintar banyak yang mengandalkan apa yang dimiliki untuk menjatuhkan orang-orang
di sekelilingnya. Ilmu itu untuk diamalkan bukan untuk dijadikan perhiasan yang
dipuja-puja dan juga untuk mendapatkan pujian. Itu kesombongan, keangkuhan dan
ingin dipuji (riya’). Sebenarnya yang berhak sombong dan
berhak dipuji itu adalah Allah (Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin). Hanya
manusia-manusia bodoh yang selalu mencari ilmu tapi tidak diamalkan. Percuma
bertahun-tahun menuntut ilmu jika hanya ingin tahu saja dan tidak bershahabat
dengan apa yang dimiliki. “Sudah tahu suka tempe” begitulah
istilah untuk mereka dan mereka. Carilah seseorang yang bisa bershahabat dengan
hukum bukan hanya mengetahui hukum saja yang akhirnya buta pengetahuannya juga
buta mata hatinya. Ini adalah “adanya seperti tidak ada” seperti hantu yang
berkeliaran di muka bumi. Mending orang bodoh tapi bisa bershahabat dengan
hukum dari pada pintar tapi buta kelihatannya. Jika hukum itu diamalkan atau e
kasapo’ (kasab) maka akan jadi Ulama’ akan tetapi jika tidak diamalkan (e
kalama’) maka akan jadi K. Alama’ karena sudah e kalama’ dan
hanya kalamnya saja yang kalam Ulama’. Ibaratnya Islamnya hanya di ujung lidah
seperti orang yang menikmati makanan dan setelah nikmat itu hilang maka akan
berubah menjadi tidak nikmat untuk dimakan dan dinikmati dan tidak sesegar dan
seharum ketika berada di ujung lidah.
Jari tangan bagian atas berwarna putih
(benar) begitu juga telapak tangan dan jari bagian bawah tidak putih juga putih
dan tidak hitam juga hitam (salah). Jika putih bertemu dengan putih
(berhadapan) maka itu dino (hari) dan dina makan nikmat (surga dunia) akan
tetapi jika bersama in the syari’at yang baik (jalan yang
baik). Apa jalan yang baik itu? Adapun jalan yang terdapat dalam organ tubuh
manusia itu ada dua, juga jika bersama in the thariqah yang
baik (cara yang baik). Bagaimana cara yang baik itu? Cara yang tidak baik yaitu
membelakangi atau saling membelakangi (tidak berhadapan), juga jika bersama in
the hakikat yang baik (kembali yang baik). Ke mana kembali yang baik
itu? Jika dari rumah maka harus kembali ke rumah karena di rumah itu adalah
surga bukan malah kembali ke rumah tetangga (na’ nanggek), dan juga bersama in
the ma’rifat yang baik (pengetahuan yang baik). Apa pengetahuan yang
baik itu? Pengetahuan yang baik itu adalah pengetahuan yang sudah ditinggalkan
yang baru saja di disebutkan.
Dalam organ tubuh manusia itu terdapat tangan dan kaki yang ada
jari-jemarinya yang mempunyai 4 maksud dan 5 tujuan. Jika normal itu ada 20
jari dan dibagi 4 (20 4=5). Agar menjadi
semangat 45 berikut akan saya jelaskan maksud dan tujuannya. Adapun maksud dan
tujuannya yaitu:
1. Tentang komponen.
a. Ibu jari (Angin/Takdir
Allah).
b. Jari telunjuk (Air).
c. Jari tengah (Api).
d. Jari manis (Besi).
e. Jari kelingking (Batu).
2. Tentang latar belakang.
a. Ibu jari (Hidayah).
b. Jari telunjuk (Syafa’at
Nabi Muhammad dan para shahabatnya).
c. Jari tengah (Yahudi).
d. Jari manis (Fir’aun).
e. Jari kelingking
(Nasrani/Abu Jahal).
3. Tentang sifat.
a. Ibu jari (Baik).
b. Jari telunjuk (sabar).
c. Jari tengah (marah).
d. Jari manis (licik).
e. Jari kelingking (Bodoh).
4. Tentang perasaan.
a. Ibu jari (Nikmat di
akhirat).
b. Jari telunjuk (Nikmat di
dunia).
c. Jari tengah (Rindu).
d. Jari manis (Cinta).
e. Jari kelingking
(Sayang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar